Bima NTB - Hari Raya Idul Adha 1444 H adalah hari yang ditunggu tunggu seluruh umat muslim di seluruh dunia, bagaimana tidak, Hari Raya Idul Adha adalah Hari Raya kurban.
Lapangan Sepak Bola Temba Romba Desa Rato, Kecamatan Lambu adalah tempat yang dipilih panitia pelaksana sholat idul adha bersama masyarakat Desa untuk melaksanakan sholat Idul Adha.
Kepala Sekolah MIN 2 Bima yang bertindak sebagai Khotib, menyampaikan materi ceramah yang begitu sejuk membuat hati para jamaah Sholat Idul Adha di Lapangan Sepak Bola Temba Romba Desa Rato tenang dan damai.
Dalam ceramah yang bertemakan "Pengorbanan Menuju Keluarga Hebat Bermartabat", Kepala MIN 2 Bima (Juraidin, S.PdI.) memaparkan beberapa hal yang dapat dijadikan pegangan dalam menjalani hidup sehari-hari.
Dalam ceramahnya Kepala MIN 2 Bima mengatakan bahwa Buanglah jauh-jauh sifat keangkuhan, kesombongan yang dapat menjauhkan kita dari rahmat Allah SWT. Sebab apapun kebesaran yang sedang kita miliki saat ini (harta yang banyak, keturunan, pangkat, kedudukan yang kita punyai saat ini ) semuanya kecil di hadapan Allah.
"Allah SWT hanya menilai takwa kita (inna aqramakum ‘indallahi atqaqum), "ucapnya.
Disebutkan bahwa sungguh beruntunglah saudara-saudara kita yang berkurban padaa hari raya ini karena tidak ada amalan pada hari raya idul adha yang lebih disukai Allah SWT melebihi dari menyembelih hewan qurban karena pada hari kiamat nanti akan datang tanduk, kuku dan bulunya dari hewan yang kita kurbankan sebagai saksi bagi orang yang berkurban ini menunjukan dari sisi hewan yang tidak kita butuh sekalipun sangat besar nilainya di hadapan Allah SWT.
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah lanjut Kepala Sekolah ini. Idul Adha yang kita peringati saat ini mengingatkan kita dari kesabaran dan ketabahan Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan. Allah SWT menguji Iman dan Taqwa Nabi Ibrahim, agar ia mengorbankan putranya masih berusia 7 tahun dan satu-satunya anak yang dimilikinya . Peristiwa itu dinyatakan dalam Al-Qur’an Surah As-Shoffat : 102 :
Dijelaskannya, Dari ayat ini, nilai keyakinan yang dibangun oleh keluarga Ibrahim AS baik sebagai suami, istri dan anak patuh dan taat dalam melaksanakan perintah Allah SWT. Maka sebagai balasan keikhlasan dan ketaatan mereka, Allah mencukupkan dengan penyembelihan seekor kambing, domba atau sapi sebagai korban.
Baca juga:
Dialog Akal Sehat UAS dan Rocky Gerung
|
"Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.Barangsiapa yang berbuat yang baik akan kembali yang berbuat baik demikian sebaliknya ( man ámila shoihan falinafsihi waman asaa a faálaihi), "ucapnya dengan Pasih.
Korban yang diperintahkan tidak usah anak kita, cukup binatang ternak, baik kambing, domba, sapi Sebab Allah tahu, kita tidak akan mampu menjalaninya, jangankan memotong anak kita, memotong sebagian harta kita untuk menyembelih hewan qurban, kita masih terlalu banyak berfikir. Karena pola pikir kita selama ini bahwa kurban itu untuk diri sendiri saja, akan tetapi kurban itu bisa kita niatkan atas nama satu keluarga maka turunan dari keluarga tersebut (istrinya, anak turunan kebawah) tetap juga mendapatkan pahala kurbannya… sehingga dengan patungan dalam keluarga ini akan memberikan kemudahan dan semangat untuk terus berkorban atas rasa syukur kita dari limpah ruahnya nikmat Allah SWT.
Jika kita bandingkan dengan belanja yang dikeluarkan dalam kehidupan kita (perabot rumah tangga, HP, motor, mobil, belanja pertanian dan lainnya tanpa berpikir panjang langsung saja kita tunaikan dan keluarkan. Sementara memotong 2, 5 % harta kita untuk zakat, infak dan sedekah , kita masih belum sempurna menunaikannya, padahal sebagian kecil harta kita ada hak/kepunyaan orang lain yang harus kita berikan. Maka saat itu barulah harta kita suci dan bernilai berkah.
Memotong sedikit waktu kita untuk sholat lima waktu, kita masih keberatan. Allah SWT memberikan untuk kita sehari semalam 24 jam sedangkan waktu yang digunakan untuk shalat 5 waktu hanya 1 jam.Padahal shalat tiang agama, shalat amalan pertama untuk periksa jika shalat baik maka semua amalan lainnya menjadi demikian sebaliknya. Begitu banyak dosa dan pelanggaran yang kita kerjakan, yang membuat kita jauh dari Rahmat Allah SWT.
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah Untuk itu kita harus menyiapkan diri dan keluarga kita dengan memiliki, mengamalkan dari pelaksanaan shalat Idul Adha ini untuk mengembalikan kepribadian keluarga Nabi Ibrahim AS ke dalam keluarga kita untuk memposisikan kembali tugas mulia kita dalam keluarga baik sebagai suami, istri dan anak. Jika mendapatkan anak yang shaleh, maka orangtua terlebih dahulu berusaha menjadi orang yang shaleh artinya siap menjadi teladan untuk keluarga, bukan sekedar memberi makan, minum dan mencukupi kebutuhan anak.
Pada khutbah itu pula ia menyampaikan cara mendapatkan keturunan yang sholeh, Pertama, Fokus mencari rezki yang halal untuk keluarga: Apa yang dikonsumsi makan, minum oleh tubuh manusia akan berpengaruh terhadap perilakunya. Maka setiap orangtua untuk memberikan hanya makanan halal yang diperoleh melalui harta yang halal kepada anak-anak mereka dan dinilai sebagai sedekah, dan sebaliknya jika orangtua membawa pulang nafkah untuk keluarga dari yang haram : hasil suap, korupsi, mencurangi timbangan, berjudi, menipu dan mendholimi orang lain atau sejenisnya akan tumbuh menjadi daging dalam tubuh yang pada akhirnya anak turunan akan sulit diatur, melawan orangtua, pembangkang, meresahkan masyarakat.
Kemudian Yang kedua, memberikan kasih sayang kepada anak tapi tidak memanjakannya. Pada hari ini, seiring dengan perkembangan teknologi super canggih, anak-anak yang dibekali oleh para orangtua dengan peralatan-peralatan komunikasi yang canggih HP android, sepeda motor maka muncullah pergaulan bebas, pornografi, narkoba, kecanduan game dan semacamnya yang semakin merenggangkan hubungan komunikasi antara anak dan orangtua. Ini bukan bukti kasih sayang kita kepada mereka.
Ia mempertegas bahwa bukti cinta dan sayang kita yang sesungguhnya kepada mereka adalah dengan berusaha menyelamatkan mereka dari api neraka. Allah Ta’ala berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman! Jagalah diri dan keluarga kalian dari api neraka” (al-Tahrim: 6).
Terakhi yang ketiga adalah terus belajar dan belajar menjadi orangtua yang shaleh dan cakap. Anak yang shaleh adalah investasi, tabungan teristimewa dunia dan akhirat.Mengangkat derajat dan kehormatan orangtua, penerang di alam kubur dan sumber pahala yang terus mengalir walaupun kita telah meniggal dunia.
Jika kita mampu mendidik mereka dengan mendekatkan dirinya pada keimanan dan ketaqwaan maka yang diatas langit Allah SWT turunkan, Yang di dalam perut bumi Allah SWT keluarkan, Yang di atas bumi Allah SWT hamparkan, Yang jauh Allah SWT dekatkan, Yang sulit Allah SWT mudahkan dan lancarkan, Yang sedikit Allah SWT tambahkan…Maka jangan takut, cemas, was-was dan ragu terhadap perintah Allah SWT. Sesungguhnya kita bersama dengan Allah SWT (laa tahjan, inallaha maána).
"Inilah bonus, spesialis untuk kita dari Allah SWT dicurahkan terhadap hambanya yang beriman dan bertaqwa, "sambungnya.
Ia mengajak para jamaah, bahwa usai shalat Idul Adha melakukan bersilaturahim, maka muncullah rasa saling kasih sayang, saling memaafkan, gemar menolong, berbagi rezki, tidak menunda berbuat baik dan mengedepankan kepentingan orang banyak, bukan sebaliknya mudah marah, cepat tersinggung, susah memaafkan, berlaku kasar dan berbuat sewenang-wenang kepada orang lain.
Melalui ibadah kurban tahun ini, marilah kita kembalikan kepribadian keluarga Nabi Ibrahim As ke dalam keluarga kita. Meraih kembali berbagai kelebihan Desa Rato, Desa Sumi dan sekitarnya Kecamatan Lambu yang kita cintai ini dengan kebersamaan dan persaudaraan.
Desa yang dikenal subur, alamnya kaya raya, itu semua nikmat Allah SWT yang harus disyukuri dengan cara menjaga, mengelola untuk kemakmuran dan kesejahteraan bersama sebagai ibadah kita di sisi Allah SWT.
Terakhir khutbahnya ia menyampaikan Tahun ini merupakan tahun politik, mari sama-sama menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat dimanapun keberadaan kita, hilangkan politik praktis, politik berbagi uang, politik berbagi sembako, politik yang memecah belah hubungan kekeluargaan, persaudaraan, memecah belah persatuan dan kesatuan akan tetapi miliki dan terus menjiwai kalimat Allah SWT (wa’tashimu bihablillahi jamiiá walaa tafarraqu)
"Berpegangteguhlah kalian pada jalan Allah SWT dan janganlah bercerai-berai. Ikatlah keluarga kita dalam satu kesatuan maka keluarga kita terlihat kuat, berwibawa, disegani dan memiliki power memiliki kekuatan yang mumpuni dan sempurna. Kita adalah bersaudara, mari untuk saling melengkapi, memperkuat tentunya untuk membangun Desa Rato, Desa Sumi dan sekitarnya yang baldatun toyyibatun warabbun ghaffur, "tutupnya (red)